Perempuan,
sebagai individu maupun secara kolektif, dari jenis kelaminnya,
adalah bagian tak terpisahkan dari kolektif sosial: masyarakat. Tak
terpisahkan, karena, tanpa perempuan maka tidak ada peradaban
manusia. Seperti halnya yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer,
“perempuan
adalah lautan kehidupan, maka hormatilah ia”.
Apa yang disampaikan oleh Pramoedya merupakan himbauan untuk
menghargai perempuan, diatas kenyataan bahwa perempuan tidak berada
dalam posisi setara, sebagai manusia, dengan manusia lainnya.
Pernyataan
Pramoedya ini sekaligus memberikan landasan fundamental atas
kontribusi perempuan bagi peradaban manusia.
Soekarno
dalam bukunya Sarinah mengatakan: “bahwa
soal wanita adalah soal masyarakat. Sayang sekali masalah wanita itu
belum pernah dipelajari sungguh-sungguh oleh pergerakan kita. Kita
tidak dapat menyusun negara dan menyusun masyarakat jika kita tidak
mengerti soal wanita.”
Demikian penting soal wanita ini menjadi bahan bagi penyusunan
masyarakat dan negara, sehingga pemahaman atas persoalan perempuan
menjadi salah satu pijakan dalam membangun gerakan perempuan.
Bentuk
kesadaran pergerakan perempuan di Indonesia pada awal abad ke 20
hanya dapat dirasakan oleh perempuan lapisan atas, kemudian dalam
perkembangannya makin meluas hingga lapisan bawah. Adanya perubahan
seperti ini tidak hanya mendatangkan perbaikan dalam gerakan
perempuan, tetapi juga menambah kesanggupannya dan kecakapannya dalam
hal berorganisasi. Berbagai perkumpulan pun tumbuh hampir di seluruh
wilayah Indonesia, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai lapisan
dari organisasi lainnya, seperti: Aisyiyah bagian dari Muhammadiyah,
Serikat Perempuan Islam Indonesia bagian dari Partai Serikat Islam
Indonesia dan Muslimat NU bagian dari NU.1
Untuk
mengetahui lebih lanjut gerakan perempuan di Indonesia kami bagi
menjadi beberapa fase, antara lain: Gerakan Perempuan Pra Kemerdekaan
dan Orde Lama, Gerakan Perempuan Orde Baru, dan Gerakan Perempuan
Reformasi sampai Sekarang.
1
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah
Kebangkitan Nasinal,
Yogyakarta: DEPDIKBUD, 1977, hlm. 70.
0 komentar:
Posting Komentar