Minggu, 15 April 2018

Gerakan Perempuan di Amerika Serikat


Awal gerakan perempuan di dunia tercatat di tahun 1800-an. Ketika itu para perempuan menganggap ketertinggalan mereka disebabkan oleh kebanyakan perempuan masih buta huruf, miskin dan tidak memiliki keahlian. Karenanya gerakan perempuan awal ini lebih mengedepankan perubahan sistem sosial dimana perempuan diperbolehkan ikut memilih dalam pemilu. Tokoh-tokoh perempuan ketika itu antara lain Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton dan Marry Wollstonecraft. Bertahun-tahun mereka berjuang, turun jalan dari 200 aktivis perempuan sempat ditahan, ketika itu.1 Pada awal tahun 1800-an, gerakan progresif baik lelaki maupun perempuan bersama-sama memperjuangkan penghapusan perbudakan. Aktivis-aktivis perempuan juga terlibat dalam gerakan anti perbudakan ini dan turut pula memperjuangkan kebebasan bagi kaum perempuan, selain mengakhiri perbudakan. Puncak dari perjuangan mereka kemudian melahirkan sebuah pertemuan tentang hak-hak perempuan yang pertama di Seneca Falls, New York pada tahun 1848.2 Pertemuan yang diorganisir oleh aktivis anti perbudakan, Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Mott tersebut dihadiri oleh belasan kaum perempuan dan juga sejumlah lelaki yang mendukungnya. Dari pertemuan tersebut kemudian dihasilkanlah Declaration of Sentiments 1848 (Deklarasi Keprihatinan), yang isinya mengamanatkan baik hak-hak kaum perempuan maupun rancangan tuntutan-tuntutannya – seperti kesetaraan di depan hukum, pendidikan, upah dan hak untuk memilih dan dipilih.3
Organisasi mengambil peranan penting dalam perjuangan perempuan gelombang I. Keberadaan organisasi berskala nasional mampu membantu perluasan penyadaran akan pentingnya pembebasan perempuan. Organisasi-organisasi seperti The National Womens Suffrage Association (Perhimpunan kaum perempuan nasional bagi hak pilih/dipilih) dan The American Womens Suffrage Association (Perhimpunan kaum perempuan amerika bagi hak pilih/dipilih), mengambil peranan penting sehingga tercapai tuntutan kaum perempuan pada masa itu, yakni hak pilih bagi kaum perempuan. Suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan alat organisasi yang terstruktur secara nasional, memudahkan perjuangan perempuan dalam hal kampanye, mobilisasi massa untuk memenangkan tuntutan. Tercapainya hak pilih perempuan tidak terlepas dari peran organisasi yang mampu menyatukan kekuatan perempuan secara nasional dengan mobilisasi-mobilisasi massa yang mewujud dalam bentuk aksi-aksi protes, vergadering (pertemuan massal) seperti pertemuan nasional yang menghasilkan deklarasi keprihatinan, hal ini menunjukkan bahwa pelibatan seluruh kaum perempuan (basis massa) penting dalam perjuangan perempuan. Selain itu, berbagai kelompok diskusi mengenai pendidikan, politik dan budaya kemudian didirikan. Pada tahun 1896, The National Association of colored Women (Perhimpunan nasional bagi kaum perempuan kulit berwarna) didirikan untuk menyatukan kelompok-kelompok perempuan kulit hitam yang terpisah-pisah. Organisasi-organisasi kaum perempuan penting lainnya adalah paguyuban-paguyuban yang moderat. Paguyuban-paguyuban tersebut dalam realitanya, merupakan suatu upaya untuk melindungi kaum perempuan dan anak-anak dari penganiyaan dan kemiskinan.4
Gerakan perempuan turut memberikan penyadaran terhadap buruh perempuan. Untuk pertama kalinya, kaum buruh perempuan mengorganisasikan diri. Pada bulan maret 1859 di New York, Amerika Serikat, buruh perempuan membentuk serikat buruh pertama untuk memperjuangkan hak dasar mereka di tempat kerja, termasuk 8 jam kerja, cuti hamil, jaminan kesehatan. Perjuangan kaum buruh perempuan ini dilakukan, bersamaan dengan meluasnya gerakan perempuan di Eropa dan Amerika Serikat, yang ditandai dengan berdirinya organisasi perempuan memperjuangkan hak pilih, seperti International Women Suffrage Alliance. Para buruh perempuan mulai mengorganisir aksi demonstrasi menyampaikan tuntutan-tuntutannya. Pada awal abad ini, gelombang aksi protes terus meluas. Tercatat pada tanggal 8 Maret 1908, sebanyak 15.000 perempuan turun ke jalan kota New York menuntut diberlakukannya 8 jam kerja, hak pilih dalam pemilu, serta dihentikannya memperkerjakan anak dibawah umur. Pada tahun 1910, di Kopenhagen, Denmark, diselenggarakanlah Konferensi Sosialis Internasional. Dalam konferensi tersebut, dihasilkan sebuah keputusan bahwa hari perempuan harus diperingati secara internasional. Salah satu tokoh gerakan perempuan dari Jerman, Clara Zetkin, merupakan yang pertama kali melontarkan gagasan itu, guna memperingati mogoknya buruh perempuan pabrik garmen yang terjadi di Amerika Serikat, sekaligus menghormati gerakan hak pilih kaum perempuan. Baru pada tahun berikutnya, beberapa di negara Eropa mulai memperingati hari perempuan internasional pada tanggal 8 Maret, yang sampai kini kita peringati. Lahirnya hari perempuan internasional, merupakan hasil dari perubahan sosial yang menyertainya dan didukung oleh perkembangan gerakan perempuan yang kala itu mengusung hak pilih dalam pemilu bagi perempuan melalui pengorganisasian aksi massa.
Di sisi lain, lambat laun, beberapa negara bagian di Amerika Serikat mulai mengabulkan hak pilih bagi perempuan dalam pemilu lokal. Capaian perjuangan hak pilih perempuan menunjukan hasilnya. Pada tahun 1917, Jeannette Rankin, dari Montana, menjadi perempuan pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres Amerika Serikat dan pada tahun 1920 perempuan memenangkan hak suaranya.
1 Nursayyid Santoso Kristeva, M.A, Manifesto Wacana Kiri, Yogyakarta: INPHISOS, 2010, hlm. 115. Selanjutnya disebut dengan Nursayyid Santoso Kristeva, M.A, Manifesto Wacana Kiri.
2 Tina Gianoults, SETARA II, Monthly Review Foundation, Copy Right 2001. Selanjutnya disebut dengan Tina Gianoults, SETARA II.
3 Tina Gianoults, SETARA II.
4 Tina Gianoults, SETARA II.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com